LAPORAN
PRAKTIKUM
MANAJEMEN PENGOLAHAN PAKAN
PEMBUATAN HAY
DAN
PEMBUATAN UREA MOLASES BLOK (UMB)
ATAU TEMPANI SAPI
Oleh :
Nama : Muhammad Syarif Hidayatullah
NIM : B0D 013 059
Prodi :
D III Kesehatan Hewan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb
Segala puji bagi Allah
SWT, yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan laporan mengenai Pembuatan
HayDanPembuatan Urea Molases Blok (Umb) Atau Tempani Sapi.
.
Dalam laporan ini
akan membahas seputar cara pembuatan UMB dan efisiensi setiap bahan yang
digunakan dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat, dengan melihat
perbandingan tingkat harga bahan yang dibutuhkan dan hasil yang diperoleh dalam
meningkatkan produksi ternak potong khususnya.
Setelah kita mengetahui
efisiensi harga bahan yang digunakan dalam pembuatan dan proses pemasyarakatan
UMB di tengah-tengah masyarakat. Dalam pembuatan UMB ini mengupayakan
keberadaan bahan yang tersedia dengan harga yang murah dan tersedia melimpah,
maka itu akan menjadi pilihan utama dalam mencari bahan yang digunakan.
Sehingga perlu adanya pengetahuan dan perhitungan yang tepat agar dalam
pengusahaannya tercapai efisiensi.
Apabila ada kesalahan
dan kehilafan dalam laporan ini aka pantaslah karena penulis hanyalah manusia
biasa, maka dari itu mohon saran dan kritikannya yang membagun tulisan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
ACARA I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Tujuan Dan Kegunaan.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian UMB dan Sejarah UMB........................................................................
B. Bahan Pembuatan UMB..........................................................................................
C. Analisis Harga Bahan .............................................................................................
BAB III MATERI DAN METODE
A. Materi Praktikum.....................................................................................................
B. Metode Praktikum...................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum.......................................................................................................
B. Pembahasan.............................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
ACARA
II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Tujuan Dan Kegunaan.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput gajah..........................................................................................................
B. Hay..........................................................................................................................
BAB III MATERI DAN METODE
A. Materi Praktikum.....................................................................................................
B. Metode Praktikum...................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum.......................................................................................................
B. Pembahasan.............................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
Acara i
1.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan perkembangan dalam segala
bidang akan mempengaruhi pola hidup masyarakt modern, sehingga mereka
membutuhkan makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup untuk kebutuhannya.
Dalam proses pemenuhan pangan seperti halnya daging. Baik itu dagng sapi maupun
daging ternak lainnya harus melewati beberapa komponen.Seperti kita ketahui
dalam manajemen peternakan ada bagian pengaturan pakan dalam upaya penggemukan.
Dalam
penggemukan ada faktor utama yang diperhatian seperti nafsu makan ternak, jenis
makanan hijauan maupun konsetrat tambahan pakan. Dala hal ini pembuatan Urea Molases Block (UMB) memiliki tujuan
yang utama berupa tercukupinya kebutuhan ternak dari segi nutrisinya seperti
protein, mineral, karbohidrat ataupun yang lainnya yang menunjang proses
pertumbuhan. Selain itu juga meningkatkan nafsu makan dari ternak itu sendiri
dengan harapan meningkatkan populsai mikroba rumen dari ternak yang kita
pelihara sebagai ternak potong, yan berbasis penyedia daging atau protein
hewani.
Selain dalam upaya memproduksi UMB
untuk ternak ada faktor yang lebih penting yaitu penggunaan limbah.Limbah yang
kita ketahui bersama bahwa bahan sisa dari pengolahan yang sudah tidak
digunakan laigi.Dalam pembuatan UMB ini menggunakan bahan limbah yang digunakan
sebagai bahan pengisi seperti bungkil kelapa, sisa serbuk geregaji maupun yang
lainnya.Sehingga UMB ini sangat bermanfaat dan efisiensi bahan yang digunakan
dan dapat beramanfaat ketika kita mengolah dari limbah menjadi bahan yang bermanfaat
untuk ternak.
Sehingga perlu diadakannya praktikum
pembuatan UMB ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pangan Indoesia yang masih di bawah konsumsi rata-rata daging
perkapita di dunia 0,365 tahun
terakhir (Survei Sosial Ekonomi Nasional
2008-2012). Itu menunjukan angka yang sangat rendah Oleh karena itu praktikum ini sangatlah
penting sehingga bisa diterapkannya di tengah-tengah masyarakat yang masih
memiliki wawasan kurang memadai yang perlu dibina oleh para kademisi seperti
mahasiswa ataupun tenaga pengajar perguruan tinggi untuk kembali membangun perdesaan yang maju dan
negara yang sejahtera.
B.
Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum pembuatan UMB ini ada beberapa tujuan
utamanya diantaranya adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur pembuatan
tempani (UMB) itu sendiri.
b. Untuk mengetahui formulasi dalam
pembuatan UMB.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
konsumsi pakan ternak setelah memakan UMB.
d. Untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas pangan (Daging) dalam negeri dengan menyediakan UMB sebagai makanan
suplemen ternak.
2. Kegunaan Praktikum
Dari tujan di atas ada beberapa kegunaan yang bisa
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu :
a. Dapat mengetahui mekanisme dalam
penggunaan alat dan dalam pencampuran bahan ketika membuat UMB.
b. Dapat mengetahu persentase bahan
dalam penyusunan formulasi UMB.
c. Dapat mengetahui tingkat
palatabilitas ternak terhadap pakan setelah memakan UMB sebagai suplement
karena pertumbuah mikroba rumen.
d. Dapat meningkatkan perekonmia
masyarakat dalam mengaplikasikan UMB baik dalam prduksi UMB maupun dalam
memberikan UMB kepada ternak.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Urea
Molases Blok
1. Pengertian UMB
Urea Molasses Block (UMB) merupakan bahan pemacu,
artinya bahwa suplemen ini merupakan jenis pakan yang berperan sebagai pemacu
pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba didalam rumen. Sifatnya khusus dan
kompak.Pakan pemicu ini dapat merangsang ternak ruminansia (sebagai induk
semang) dalam menambah jumlah konsumsi serat kasar sehingga meningkatkan
produksi.Mikroorganisme yang hidup didalam rumen ternak ruminansia mampu
mensintesa protein untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi
(Mutiarni, 2013).
Molasses merupakan bahan sisa dari
industri gula yang banyak dijumpai di samping hasil utamanya.Dari berbagai
bahan sisa yang dihasilkan industri gula, molasses merupakan bahan dasar yang
berharga sekali untuk industri dengan fermentasi.Molasses adalah sejenis sirup
yang merupakan sisa dari pengkristalan gula pasir.Molasses tidak dapat
dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk
dikristalkan. Molasses merupakan produk limbah dari industri gula di mana
produk ini masih banyak mengandung gula dan asam-asam organik, sehingga
merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pembuatan etanol. Bahan ini
merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan gula.
Kandungan gula dari molasses terutama sukrosa berkisar 40-55% (Anonim, 2008).
Sifat fisika molasses yakni berwujud
cairan berwarna hitam, memiliki sifat Brix 90,92 %, Pol 29,89 %, HK 32,88 %,
dan TSAI 55,32 %. Sedangkan komposisi utamanya yakni sukrosa 38,94 %, glukosa
14,43 %, fruktosa 16,75 %, abu 11,06 %, dan air 18,82 %. Sifat kimia molasses
mengandung banyak karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
proses fermentasi alkohol maupun fermentasi lain (Purwanto, 2008).
Bahan utama untuk membuat UMB adalah
molasses sebagai sumber energi.Molases merupakan bahan pakan sumber energi
karena banyak mengandung pati dan gula.Kecernaanya tinggi dan bersifat
palatable. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar airnya 78-86%, gula 77%, abu
10,5%, protein kasar 3,5%, dan TDN 72% (Utomo et al., 2001).
Beberapa peternak memberikan
langsung urea kedalam pakan ternak mereka, hal ini kurang baik karena selain
rasanya yang pahit dan tidak enak, juga dapat menyebabkan ternak keracunan
nitrogen.Menggabungkan urea dengan molases atau biji-bijian atau keduanya
membuat urea lebih cocok untuk ternak. Selain itu biji-bijian dan tetes juga
akan memberikan energi yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan. Oleh
karena itu cara yang aman dalam pemberian urea adalah dengan mempersiapkannya
menjadi Urea Molases Blok (UMB). Persiapan ini adalah cara yang baik untuk
menyediakan protein dan energi bagi ternak ruminansia, dan membantu
meningkatkan pasokan protein hewan. UMB dapat dibuat dari berbagai bahan
tergantung pada ketersediaan bahan yang ada disekitar (Wae, 2011).
B. Bahan Pembuatan UMB
1. Bahan Yang
Dipakai
Dalam pembuatan UMB ini ada beberapa
bahan yang dipakai diantaranya :
a. Molases, adalah
produk sampingan dari industri gula menyediakan reaksi subtrat dan berbagai
mineral dan elemen. Molases memiliki rasa dan aroma yang menyenangkan, yang
membuat blok sangat menarik dan lezat bagi ternak.
b. Urea, memberikan
reaksi nitrogen, komponen yang paling penting dari blok. Urea yang mengandung
nitrogen meningkatkan asupan hijauan kering atau hijauan berkualitas rendah
serta meningkatkan daya cerna. Asupan nitrogen dalam bentuk urea diberikan
secara terbatas untuk menghindari masalah toxicitas namun cukup untuk
mempertahankan tingkat amonia dalam rumen secara konsisten di atas 200 mg N/l
untuk pertumbuhan mikro-organisme di dalam rumen.
c. Kopra, gandum
atau dedak disini berfungsi untuk menyediakan beberapa nutrisi penting seperti
lemak, protein dan fosfor, selain itu juga bertindak sebagai penyerap
kelembaban yang terkandung dalam molases dan memberikan struktur untuk
blok.
d. Garam, garam
mengandung beberapa mineral penting yang dibutuhkan ternak.
e. Semen, sebagai
pengikat untuk memperkuat blok.
f. Obat-obatan, untuk
mengontrol internal parasit misalnya obat-obatan yang mengandung fenbendazole
dapat ditambahkan ke UMB.
UMB adalah
sebuah cara yang sangat baik bagi ketersediaan protein dan energi untuk ternak
ruminansia, dan membantu meningkatkan suplai protein kepada ternak.
2. Manfaat Urea Molases Blok (UMB)
Menurut
(Wae, 2011) memaparkan beberapa fungsi dari UMB itu sendiri yakni:
a. Meningkatkan
palatabilitas pakan (hijauan/rumput) yang berkualitas rendah dan meningkatkan
nilai gizi pakan.
b. Meningkatkan
daya cerna pakan dan penyerapannya.
c. Penelitian
telah menunjukan bahwa UMB yang diberikan kepada ternak betina dapat
meningkatkan tingkat pembuahan sel telur ternak betina. Jika diberikan untuk
ternak bunting akan melahirkan anak yang kuat dan sehat.
d. UMB juga
membantu pertambahan bobot badan, meningkatkan kualitas daging, susu, dan
energi ternak.
e. UMB juga
bertindak sebagai persediaan pada saat musim kering dan masa kritis lainnya
misalnya pada saat terjadi kelangkaan pakan.
3. Pembatasan
Bahan Pembuatan
Menurut
(Wae, 2011) bahwa ada pembatasan atau standarisasi penggunaan bahan yang
digunakan dalam pembuatan UMB, diantaranya adalah :
a. Urea dalam
kadar tinggi yang merupakan racun bagi ternak maka itu sangat penting
diperhatikan dalam pembuatan UMB yang benar, bahwa kadar urea tidak melebihi
10% dari keseluruhan bahan.
b. Diberikan
hanya untuk ternak ruminansia saja, jangan diberikan kepada ternak dengan
sistem pencernaan bersifat monogastric seperti halnya babi dan kuda.
c. Jangan
diberikan pada ternak ruminansia dibawah umur enam bulan.
d. Jangan
diberikan kepada ternak dalam kondisi belum makan hijauan karena jika di
konsumsi secara berlebihan akan dapat menyebabkan keracunan.
e. Pemberian
pada kambing atau domba dibatasi 100 gram/hari.
f. Jangan
pernah diberikan dalam bentuk larutan dalam air minum ataupun dalam bentuk UMB
yang ditumbuk karena dapat menyebabkan konsumsi yang berlebihan.
3.
BAB III
MATERI DAN METODE
Waktu Praktikum :
Tempat :
Waktu :
Hari/tanggal :
A.
Materi Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun Alat yang digunakan dalam praktiku ini antara lain :
·
Ember
·
Pengaduk
·
Timbangan
·
Alat cetakan
b. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang dipakai dalam
praktikum dalam pembuatan 6 Kg Molases antara lain :
·
Molases
·
Urea
·
Garam
·
Dedak halus
·
Dedak jagung
·
Kapur
B. Metode Praktikum
a. Cara pembuatan UMB (Urea Molases
Blok)
Dalam pebuatan UMB ini ada beberapa
prosedur dalam proses pencampuran Antara lain :
1. Pertama menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan.
2. Menimbang bahan bahan dengan kadar
yang di gunakan.
3. Menggabungkan bahan yang cair
bersama cair seperti molases, garam sama urea. Dan yang padat bersama yang
padat seperti bungkil kelapa, dedak halus, dan kapur .
4. Mencampur dengan mengaduk bahan yang
cair hingga benar-benar larut dan bahan terlihat homogen.
5. Demikian juga bahan yang padat
hingga campuran homogen di campur.
6. Menggabungkan semua bahan padat dan
cair dengan tempat pengadukan yang cukup sehingga dalam pengadukan jadi mudah.
7. Sampai terlihat homogen kemudian
dimasukkan kedalam mangkuk cetakan dengan menekan capuran sampai benar-benar
padat.
b. Cara Pemberian UMB kepada Ternak
Dalam memberikan ternak UMB yang telah jadi dalam cetakannya
maka :
1. Memberi lubang pada pinggir cetakan
dan mudah dalam mengikat dengan kawat sehingga tidak mudah bergerak ketika
ternak menjilat UMB tersebut.
2. Ditaruh pada bagian kandang yang
mudah dijangkau oleh ternak ketika dalam proses penjilatan.
3. Dalam pegikatan kawat mangkuk
cetakan dengan erat dan diusahakan jagan sampai bisa bergerak
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Urea
Molases Block
atau disebut UMB dan ada juga menyebutnya tempani sapi atau jajan sapi. UMB ini
merupakan suplem ent atau pakan tambahan dimana ada
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh suplemen yang satu ini salah satunya
adalah untuk meningkatkan jumlah mikroba dalam rumen karena ada senyawa yang
mempengaruhinya seperti mo lases. Dima-na molases merupakan sebagai perangsang
pertumbuhan mikroba dalam rumen.
Apabila jumlah mikroba dalam rumen
sehing-ga dapat mempercepat proses penyerapan atau proses perombakan senyawa
dalam pakan seperti bakteri yang bisa menghasilkan enzin selualse yang dapat
memecahkan selulosa dalam ternak ruminansia. Sehingga pemanfaatan pakan akan
dapat lebih efisien dan lebih banyak Intake
(diserap oleh tubuh) dan mampu memberikan terhadap bobot badan (BB) ternak
yang kita berikan.
B.
PEMBAHASAN
Pada pembuatan UMB kali ini kami
lakukan dengan mengunakan bahan seperti molases, garam, urea, bungkil kelapa,
kapur dan dedak halus.Bahan ini merupkan bahan yang digunakan ketika dalam
ketersediaan yang cukup. Seandainya pada saat kesulitan mencari bahan ini bisa
dgunakan bahan lain sebagai bahan pengisi seperti serutan geregaji bisa
digunakan sebagai ganti dedak halus, bubuk tepung jagung bisa sebagai ganti
bungkil kelapa, gula bisa pasir bisa menggantikan molases maupun bahan yang
lainnya yang kemudian memiliki persamaan kandungan bahannya karena dalam hal
ini kita menggunakan bahan limbah yang akan menjadi sia-sia sehingga bisa
bermanfaat.
Dalam Proses pembuatan hal yang
terpenting adalah proses percampuran bahan yang mudah cair dengan bahan yang
padat. Ditujukan agar ketika dalam pencampuran akan terjadi penggumpalan yang
mengakibatkan tidak merata dan bahan tidak akan menumpuk pada suatu sisi
sehingga dalam penyajiannya tidak menjadi permasalahan dan kendala bagi ternak
itu sendiri.
Adapun bahan yang cair dengan
memasukkan urea dan garam ke dalam molases yang di dalam ember kemudian
diratakan.Begitu juga dengan bahan padat seperti bungkil kelapa dicampur dengan
dedak halus dan kapur.
a. Formulasi UMB
Dalam penyusunan bahan yang kita
gunakan perlu adanya formulasi sehingga keefisiensian UMB yang kita buat akan
menjadi pakan yang bermanfaat dan kandungan bahan tidak mempengaruhi
palatabilitas ternak. Misalnya apabila kandungan urea dan kapur yang berlebihan
akan berdampak pada ternak maka perlu dilakukan formulasi yang tepat. Adapun
formulasi yang kami guanakn dalam hal ini antara lain :
Tabel 4.1. Tabel Formulasi Urea Molases Block
No
|
Nama Bahan
|
Persentase (%)
|
1
|
Molasses
|
28
|
2
|
Urea
|
7
|
3
|
Dedak
Padi Halus
|
21
|
4
|
Dedak
jagung
|
20
|
5
|
Kapur
|
8
|
6
|
Garam
|
10
|
No
|
Nama Bahan
|
%
|
Harga*/Kg
|
1
|
Molases
|
28
|
Rp. 10.000,00-
|
2
|
Urea
|
7
|
Rp. 10.000,00-
|
3
|
Dedak
Padi Halus
|
21
|
Rp. 3.000,00-
|
4
|
Dedak
jagung
|
20
|
Rp. 4.000,00-
|
5
|
Kapur
|
8
|
Rp. 1.000,00-
|
6
|
Garam
|
10
|
Rp. 5.000,00-
|
Total Harga
|
Rp. 25.500,00-
|
No
|
Nama Bahan
|
%
|
Perhitungan
% x Harga
|
Harga 1 kg UMB
|
1
|
Molases
|
28
|
28/100 x Rp 10.000,00-
|
Rp. 2.800,00-
|
2
|
Urea
|
7
|
7/100 x Rp. 10.000,00-
|
Rp 700,00-
|
3
|
Dedak
Padi Halus
|
21
|
21/100 x Rp. 3.000,00-
|
Rp. 630,00-
|
4
|
Dedak
jagung
|
20
|
20/100 x Rp. 4.000,00-
|
Rp. 800,00-
|
5
|
Kapur
|
8
|
8/100 x Rp. 1.000,00-
|
Rp. 80,00-
|
6
|
Garam
|
10
|
10/100 x Rp. 5.000,00-
|
Rp. 500,00-
|
Total Harga
|
Rp. 5.510,00-
|
* Kadar maksimal bahan tidak boleh
lebih
Bahan antara dedak halus dengan
nungkil kelapa boleh dilakuakan saling mengisi atau salah satu yang kurang maka
saling isi sesuai dengan ketersedian bahan.Kadar maksimal dalam penyusunan
seperti urea, kapur dan garam. Karena nanti apabila melebihi kadar maksimalnya
akan berdampak pada ternak itu sendiri. Seperti apabila kadar urea terlalu
tinggi maka ternak akan terjadi gangguan pada pencernaan, dan apa bila kadar
gara terlalu tinggi begitu juga akan mempengaruhi palatabilitas ternak itu
sendiri. Begitu juga bahan yang lain yang terdapat dalam tabel 4.1.
b. Analisis Harga Bahan
Efisiensi pembuatan suatu produk
harus mempertimbangkan dari segi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
maka perlu adanya analisis biaya yang mungkin akan dikeluarkan dalam pembuatan
UMB ini. Sehingga dalam upaya menjadikan
UMB sebagai Usaha maka alangkah baiknya bila kita jeathui berapa biaya yang
kita keluarkan dan keuntungan yang kita dapatkan. Adapun daftar harga pada
beberapa bulan terakhir Oktober 2014 antara lain :
Tabel 4.2. Tabel Harga Bahan dan Harga Pembuatan 1 kg UMB
*Harga bahan pada bulan Oktober 2014
Tabel 4.3. Harga Bahan untuk pembuatan 1 kg UMB
*Harga bahan bulan Oktober 2014
Harga bahan tentu akan terjadi
perubahan setiap bulan bhakan tiap minggu, maka itu harus kita kuasai bagai
mana perhitungan dalam memperoleh bahan yang kita gunakan. Dalam tabel 4.3
memaparkan bahwa sekitar Rp. 5.510,00harga yang dibutuhkan dalam membuat UMB
dengan berat 1 kilogram. Seandainya kita ingin membuat 100 kilogram maka
tinggak kita kalikan 100 dikali harga per-kilogram.Begitu juga apabila kita
ingin memproduksi dalam jumlah ton tinggal dikalikan beratnya di kali harga
per-kilogramnya.
5.
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari praktikum pembuatan ini ada beberapa poin yang dapat
kami simpulkan diantaranya adalah :
1. Praktikum pembuan UMB ini
membutuhkan bahan dan alat yang dapat membantu dalam proses pembuatannya.
2. Dalam pembuatan UMB ini membutuhkan
formulasi yang sangat penting dalam menentukan kadar bahan sehinga tidak
menjadi dampak negatif terhadap ternak yang diberikan.
3. Perolehan bahan harus sesuai dengan
pertimbangan harga maka dalam menggunakan bahan harus mneggunkan bahan yang
berbasis limbah sehingga meiliki nilai yang lebih tinggi dan efisien.
4. UMB merupakan suplemen makanan yang
dapat meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan populasi mikroba dalam rumen.
5. Dalam penyusunan bahan kita harus
menggunakan bahan yang ketersediannya lebih banyak sebagai penganti bahan yang
lainnya, asalkan kandungan dan nilai gizinya/nutrisinya sama.
B.
SARAN
Adapun saran yang ingin kami
sampaikan kepada pembaca maka dalam penyusunan formulasi harus memiliki standar
maksimal suatu bahan, sehingga lebih berhati-hati dalam pemberian ternak karena
akan berdampak negatif dan butuh pemahaman yang lebih dalam.
Kepada dosen mata kuliah limbah agar
memberikan informasi terhadap bahan yang bisa kita gunakan secara luas dan
apabila kita berada didaerah yang mungkin tidak tersedia banyak bahan formuasi
yang ada dan telah kita pelajari sebelumnya tidak kewalahan dalam memilih bahan
yang akan kita gunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Derisent,
Wae.2013.http://media-pp.blogspot.com/2013/03/urea-molasses-blok-untuk-ternak.html
Diakses tanggal3 Desember 2013
Indriani,
Yofita Heti. 2011. Membuat Pupuk Kompos
Secara Kilat.Jakarta; Penebar Swadaya
Maura,
Eki.2011.http://ketekdekil.blogspot.com/2011/03/urea-molasses-block-umb.html
Diakses
tanggal 3 Desember 2013
Mutiarini
, Oktavia.2013.http://oktaviamutiarini.blogspot.com/2013
/01/umb-urea-molasses-block.html Diakses tanggal 3 Desember 2013
Acara ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan setiap
bahan yang dapat dimakan , disukai, dicerna dan tidak membahayakan bagi
kesehatan ternak. Agar bahan dapat disebut dengan pakan maka harus memenuhi
persyaratan tersebut.Pakan adalah bahan
yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian
dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya ( Kamal, 1998 dalam Subekti, 2009). Sedangkan yang dimaksud
dengn ransum adalah campuran dari
beberapa bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak dalan waktu
24 jan sehingga zat gizi yang dikandungnya seimbang sesuai kebutuhan
ternak ( Indah dan Sobri, 2001 dalam
Subekti, 2009). Bahan-bahan pakan yang
diberikan untuk ternak dapat dibedakan menjadi pakan asal tanaman dan
pakan asal hewan. Bahan pakan asal hewan seperti tepung ikan, tepung
tulang, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung udang.Bahan-bahan
asal tanaman seperti hijauan dan biji-bijian.
Bahan pakan asal hijauan dapat dibedakan menjadi rumput dan leguminosa. Hijauan pakan atau
disebut forage merupakan tanaman pakan yang berasal dari rumput dan
kacang-kacangan yang diambil hijauannya sebagai bahan pakan (Purbajanti, 2012).
Pakan hijauan tidak terjamin sepanjang tahun secara kuantitatif dan kualitatif,
pada saatmusim hujan hijauan yang tersedia sangan melimpah sedangkan saat tiba
musim kemarau atau panas hijauan pakan sangat sulit penyediaannya untuk
memenuhi kebutuhan ternak terutama ternak ruminansia.Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan atau pengawetan hijauan agar supaya hijaua pakan selalu
tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Tujuan utama dalam
pengawetan hijauan adalah untuk
memelihara atau mempertahankan kualitas dan kuantitas nutrisi hijauan dengan
meminimalkan kehilangan pada saat pemanenan dan penyimpanan (Rotzdan Muck, 1994
dalam Mansyur et al., 2007). Sedangkan keuntungandari pengawetan hijauan adalah dapat dipertahankan
kualitasnya atau komposisi nutriennya hingga berakhirnya masa penyimpanan
(Sugiri et ai., 1981 dalam Subekti et al., 2013).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan
cara fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya. Perlakuan secara
fisik dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan,
penggiling, penghancuran serta pembuatan pelet (Wahyono dan Hardiyanto, 2004).
Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan cara menanbahkan bahan kimia seperti
amoiasi. Amoniasi merupakan salah satu
perlakuan bahan pakan secara kimiawi yang
bersifat alkalis sehingga dapat melarutkan hemiselulosa dan memutuskan
ikatan atara lignin dan selulosa atau emiselulosa (Klopfenstein, 1987 dalam
Pprastyawan at al., 2012).
Perlakuan secara biologis dapat dilskukan dengan cara fermentasi dengan
menggunakan mikroba starter, proses fermentasi ini bermanfaat untuk menurunkan
kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan meningkatkan kadar protin bahan
pakan (Tampoebolon, 1997 dalam Pprastyawan at al., 2012). Dan perlakuan secara kombinasi dapat
dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi dan atau
biologi-kimia.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mendeskripsikan pengawetan hijauan pakan berupa rumput gajah secara fisik
dengan cara pengeringan yang sering disebut hay, sehingga hijauan pakan
tersebut dapat tersedia terus-menerus sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak terutama ternak ruminansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kaakteristik Rumput Gajah
Rumput gajah (pennicetum purureum) atau rumput
napier merupakan jenis hijauan pakan
ternak yang mempunyai kualitas tinggi dan disukai oleh ternak (Rianto dan
Purbowati, 2010). Karatteristik dari rumput ini yaitu tumbuh tinggi, kuat,
perakaran dalam, berkembang dengan rhizome, batang dan daun bagian permukaan
atas berbulu dan bunga berwarna kunig atau coklat. Rumput Gajah adalah salah
satu jenis rumput unggul yang sekarang banyak ditanam oleh para peternak,
rumput ini memiliki kandungan bahan kering (BK) 21%, protein kasar (PK) 9,6%,
lemak kasar (LK) 1,9%, Total Digestible Nutrients(TDN) 52,4% (SIREGAR, 2003
dalam Rianto et al., 2007).
B.
Hay
Hay merupakan hijauan berupa daunan
jenis rumputan atau bijian yang sengaja dipanen menjelang berbunga yang
dikeringkan baik dengan cara diangin-anginkan maupun dengan cara dikeringkan
dengan panas matahari secara langsung. Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar
bisa diberikan kepada ternak pada
kesempatan yang lain. Tujuan dari pembuatan hay ini yaitu hay adalah
untuk mengurangi tingkat kandungan air dari hijauan hingga pada suatu level
dimana menghambat aksi dari enzim-enzim baik yang dihasilkan oleh tanaman
maupun mikrobial (Mc Donald et al., 2002 dalam Mansyur et al., 2007),
untuk dapat menyediakan hijauan pakan untuk ternak pada saat-saat tertentu,
seperti dimasa paceklik atau musim
kemarau, untuk dapat memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi
pada saat itu belum dimanfaatkan. Sedangkan prinsip dari proses pembuatan hay
ini adalah menurunkan kadar air menjadi 15-20%
dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari ataupun panas
buatan.
Menurut Yulianto dan Saparinto
(2010) bahwa proses pembuatan hay yaitu
pertama menyiapkan hijauan pakan (rumput gajah) yang kemudian memotong-
motongnya baik dengan cara manual dengan pisau atau sabit maupun dengan menggunakan
mesin pencacah rumput dan dilakukan penimbangan untuk mengetahui kadar airnya,
kemudian jemur hijauan dibawah sinar atahari selama 1-2 hari agar kadar air menjadi 20-25% dan
perlu dilakukan penimbangan setiap 5 jam untuk mengetahui kadar airnya. Jika
pengeringan sudah merata selanjutnya hijauan diikat dan hay disimpan digudang.
Ciri-ciri hay yang baik adalah warna hijau kekuningan, tidak banyak daun yang
rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau berjamur, serta
tidak mudah patah bila batang dilipat dengan tangan (Subekti, 2009).
BAB III
MATERI DAN METODE
Waktu Praktikum :
Tempat :
Waktu :
Hari/tanggal :
A. Materi Praktikum
1.
Alat dan bahan
a.
Alat
·
Tempat pengering
b.
bahan
·
Rumput gajah
B. Metode Praktikum
1.
Potong prumput gajah dengan
menggunakan pisau pemotong.
2.
Lalu jemur rumput gajah yang sudah
di potong selama 2 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
Hay Rumput Gajah
Rumput gajah (pennicetum purureum)
atau rumput napier merupakan jenis
hijauan pakan ternak yang mempunyai kualitas tinggi dan disukai oleh ternak
(Rianto dan Purbowati, 2010). Pengawetan rumput gajah dengan pengeringn atau
hay merupakan cara yang tepat, sehingga kualitas rumput gajah terjaga dan dapat di berikan pada ternak untuk
kebutuhannya sepanjang tahun. Menurut Rianto et al., (2006) bahwa hay rumput
Gajah memiliki kandungan nutrisi Air 13,38%, Abu 15,98%, LK 3,38% PK 9,82% SK
23,88%. Energi 2.992 kcal/kg. Sedangkan menurut
Santoso Dan Hariadi (2008) BK 83,4%, BO 87,8%, PK 12,4%, NDF 70,0%, LK 1,9%
dan NFC 3,4%.
Menurut Wina (2008) menyatakan bahwa penyebabkan penurunan kadar
senyawa karotenoid yang sangat signifikan (83% hilang) selama proses pembuatan
hay karena senyawa karotenoid sangat
labil dan mudah rusak radiasi oleh panas atau terekpos oleh sinar UV pada
pengeringan hijauan di bawah sinar matahari. WILLIAM et al.(1998) dalam Wina (2008) melaporkan kandungan rata-rata
β-karoten dalam hijauan segar, dan hijauan yang dibuat ”hay” masing-masing
adalah 196 dan 36 mg/ kg bahan kering. Jadi hijauan segar yang dibuat menjadi
hay akan menalani penurunan kadar β- karoten dan senyawa karotenoid. Menurut
Nista et al., (2007) bahwa Keuntungan atau kebaikan pembuatan hay yaitu
kandungan vitamin D dalam hijauan lebih tinggi, sedangkan Kekurangan dari
pembutan hay yaitu proses pengeringan
berlangsung lebih lama menyebahkan penurunan gizi relatif lebih besar, selama
proses pengeringan ini sel-sel terus bernapas, menggunakan energi eperti gula
dan karbohidrat yang menghasilkan CO2 dan
Karotin (pro-vitamin A) menurun.
BAB III
KESIMPULAN
Rumput gajah (pennicetum purureum)
atau rumput napier merupakan jenis
hijauan pakan ternak yang mempunyai kualitas tinggi dan disukai oleh ternak.
Pengawetan dengan pembuatan hay merupakan cara yang tepat untuk rumput gahaj
ini, sehingga hijauan dapat tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak sepanjang
tahun. Pembuatan hay merupakan cara yang lebih mudah diakukan untuk pengawetan
rumput gajah dengan mengandalkan panas dari sinar matahari. Kualitas hay rumput gajah dipengaruhi oleh masa
pemotongan rumput dan lama penyinaran matahari, pemotongan yang baik rumput
dipotong menjelang berbunga dan pengeringan sebaiknya rumput tidak terkena
sinar matahari secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, Tidi Dhalika, U. Hidayat Tanuwiria
Dan Harun Djuned. 2007. Proses Pengeringan Dalam Pembuatan Hay Rumput Signal (Brachiaria
decumbens) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 714-720.
Nista, D., Hesty Natalia dan A.
Taufik. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan. Departemen Pertanian Direktorat
Jenderal Bina Produksi Peternakan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna
dan Ayam, Sembawa.
Rianto, E dan E Purbowati. 2010.
Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rianto, E., Deasy Anggalina, Sularno
Dartosukarno dan Agung Purnomoadi. 2006. Pengaruh Metode Pemberian Pakan
Terhadap Produktivitas Domba Ekor Tipis. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner : 361-365.
Rianto, E., Mariana Wulandari dan
Retno Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan Protein Pada Sapi Jantan Peranakan Ongole
Dan Peranakan Friesian Holstein Yang Mendapatpakan Rumput Gajah, Ampas Tahu Dan
Singkong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 64-70.
Santoso, B. Dan B. Tj. Hariadi. 2008. Komposisi Kimia,
Degradasi Nutrien dan Produksi Gas Metana in VitroRumput Tropik yang Diawetkan
dengan Metode Silase dan Hay. Media Peternakan Vol. 31 No. 2: 128-137
Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak
Indonesia. Mediagro Vol. 5 No. 2 : 63 –
71.
Subekti, G., Suwarno dan Nur
Hidayat. 2013. Penggunaan Beberapa Aditif Dan Bakteri Asam Laktat Terhadap
Karakteristik Fisik Silase Rumput Gajah Pada Hari Ke- 14. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1(3): 835–841.
Ternak Purbajanti Endang Dwi. 2012.
Rumput Dan Legum; Sebagai Hijauan Makanan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wina, Elizabeth. 2008. Manfaat
Senyawa Karotenoid Dalam Hijauan Pakan Untuk Sapi Perah. Semiloka Nasional
Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020 : 124-129.
Yulianto, P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran
Sapi Potong Secara Intensif. Peebar Sw
syarif.es10@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar